Asahan Pernah Miliki Mata Uang Sendiri, Ada yang Tulisan China, Arab dan Belanda

TASLAB NEWS, KISARAN – Barangkali tidak banyak masyarakat asli Kabupaten Asahan  yang mengetahui di Zaman ratusan tahun lalu saat wilayah Asahan dikuasai oleh industri perkebunan tembakau Eropa, daerah ini ternyata banyak menyimpan kepingan sejarah yang salah satunya dibuktikan dengan keberadaan uang logam kuno asli terbitan Kisaran atau beberapa wilayah di Asahan. Uang


Mata uang Kuno yang pernah beredar di Asahan
Mata uang Kuno yang pernah beredar di Asahan



Ketidaktahuan masyarakat itu barangkali akibat kurangnya informasi akan hal-hal yang bersifat sejarah di tanah Rambate Rata Raya ini. Bahkan kalau kita berkunjung ke salah satu museum gedung juang 45 (terletak di Jalan Cokroaminoto Kisaran) informasi itu sangat minim didapatkan.


Datang ke sini jangan takut bertanya untuk menganulir rasa ingin tahu anda, sebab Isro Hudawi Pratama si pemilik Galery GUKK dibantu dua orang rekannya akan dengan senang hati meladeni pertanyaan pengunjung  dan menjawab sedikit informasi tentang sejarah Asahan lewat koin yang dipajang distandnya.

 “Kalau uang asli terbitan Asahan koleksi GUKK ini ada 18 jenis uang logam dan 14 uang kertas. Selain itu ada 11 buah mangkok dari perusahaan perkebunan HAPM atau Holland American Plantage Maatschappij (sekarang namanya perkebunan BSP Kisaran ) dari berbagai jenis dan ukuran. Ini semua saya kumpulkan dari cucu-cucu pegawai perkebunan Asahan dulu,” kata Isro yang sejak tahun 1900 sudah tertarik mengumpulkan uang – uang kuno ini.
Isro menunjukkan mata uang kuno di galerinya.
Isro menunjukkan mata uang kuno di galerinya.

Salah satu uang tertua satu satunya cetakan Asahan keluaran tahun 1888 yang dimilikinya adalah uang koin 1 Dollar Unternehmung. Koin ini beredar dan berlaku pada masanya diwilayah perkebunan tembakau Hessa yang pada saat itu masuk dalam wilayah pantai timur Sumatera Residence, Afdeling Simpang Empat Asahan.

Sebenarnya dijaman itu periode dikeluarkannya uang logam pertama Asahan 1888 – 1889 ada 4 uang logam yang berbeda nilainya, masing masing uang 1 koin dollar yang terbuat dari bahan cupronikel dengan ketebalan 38 mm, koin ½ dollar terbuat dari bahan cupronikel ketebalan 35 mm, koin 20 cents tahun 1888 bahan dari cupronikel ketebalan 38 mm, dan koin 10 cents tahun 1889 dengan ketebalan 24 mm.

"Memiliki uang lama pasti akan terpacu untuk menelaah sejarah di dalamnya, pada saat itu uang uang ini hanya berlaku didaerahnya saja, kalau kita bergeser ke daerh Asahan atas ini sudah tak berlaku, karena pada saat itu yang memegang kendali di daerah kita adalah pemerintah Belanda," kata lelaki yang tinnggal di jalan Sisingamangaraja Kelurahan Mutiara ini.

Uang koin ini, merupakan bukti pembangian kekuasaan di Kabupaten Asahan karena jika melihat sejarah, wilayah Asahan, Batubara, Tanjungbalai,  Simalungun, Serdang Bedagai,  dan Labuhan Batu masuk dalam  pengelompokan 18 afdeling yang pada saat itu dikuasai oleh pemerintah Belanda dan kini menjadi bagian dari perkebunan Negara PTPN.

 “Untuk sementara ini uang uang yang sudah terkoleksi itu dicetak dan ditemukan di Kisaran, Hessa, Binjai Manis, Sungai Seberang, Laut Tador, Tinjauan, Tanjung Alam, Pulau Raja, dan Simpang Empat, dan Goerach Batu,” kataya.

Selanjutnya, uang – uang inilah yang digunakan oleh perusahaan tembakau Belanda yang berkuasa di Asahan untuk membayar gaji para penduduk pribumi yang bekerja di perusahaan Belanda sehingga masyarakat pada saat itu dapat melakukan transaksi jual beli dengan cara yang adil. Padahal saat itu, belum semua wilayah wilayah perkebunan di Indonesia memiliki alat tukar yang sah terkecuali Asahan.

 “Uang – uang ini berlaku hampir satu abad, sebelum kabar kemerdekaan Indonesia sampai di Asahan tahun 1946. Hingga pada akhirnya Pemerintah Indonesia pada tahun 1947 telah mengeluarkan cetakan uang kertas resmi pertamanya  senilai Rp 1, sementara itu Asahan telah dipimpin oleh Bupati pertamanya Abdullah Eteng yang  diangkat pada tanggal 14 Maret 1946,”sebutnya.




Namun sayangnya sejalan dengan perkembangan jaman uang kuno itu menjadi antic dan banyak orang yang memburunya sebagai barang koleksi karena sudah tidak mudah didapat. (syaf)

Subscribe to receive free email updates: